TpMlGUr8GSM9GpOiTSM6TSO0TY==

Kesulitan Pulang Usai Lahiran, Warga Desa Jambearum Jember Tak Dapat Ambulan Desa

Kesulitan Pulang Usai Lahiran, Warga Jember Tak Dapat Ambulans Desa - jemberterkini.id
Fatimah dan suaminya Mohammad Khairullah. Dok. Oryza A. Wirawan / Beritajatim.Com

JemberTerkini.ID - Seorang ibu di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengalami kesulitan pulang ke rumah usai melahirkan secara sesar di rumah sakit karena tidak tersedia ambulan desa. 

Peristiwa ini menyoroti tantangan layanan kesehatan di wilayah pedesaan, terutama soal ketersediaan sarana transportasi medis.

Fatimah (35), warga Desa Jambearum, Kecamatan Sumberjambe, dirawat di Rumah Sakit Citra Husada sejak Kamis (17/4/2025). 

Ia melahirkan anak keduanya secara prematur pada keesokan harinya. Bayi berjenis kelamin laki-laki itu saat ini masih dalam perawatan intensif.

“Saya belum kasih nama. Sekarang anak saya masih dalam oven,” ujar suaminya, Mohammad Khairullah (45), saat ditemui Selasa (22/4/2025).

Setelah lima hari dirawat dan dinyatakan pulih, Fatimah diizinkan pulang. 

Seluruh biaya perawatan selama di rumah sakit ditanggung oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga keluarga tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk layanan medis.

Namun, persoalan muncul saat keluarga hendak mencari transportasi untuk kembali ke rumah. Ambulan rumah sakit tidak tersedia karena sedang digunakan untuk keperluan lain. 

Sementara ambulan desa yang biasanya bisa dimanfaatkan warga, menurut Khairullah, sudah tidak dapat digunakan.

“Waktu saya hubungi ambulan desa, ternyata sudah tidak ada karena ditarik puskesmas,” ujarnya.

Khairullah mengaku tidak memiliki cukup uang untuk menyewa kendaraan pribadi. Ongkos sewa mobil bisa mencapai Rp300 ribu, jumlah yang tak mampu ia keluarkan. Ia mengatakan, jika menggunakan ambulan desa, biasanya cukup memberi uang bensin sekadarnya.

Puskesmas Sumberjambe Pastikan Penjemputan

Menanggapi situasi tersebut, Kepala Puskesmas Sumberjambe, Syukron Nanda, menyatakan pihaknya telah menerima laporan dari keluarga pasien. 

Ia menegaskan bahwa Fatimah tidak akan dibiarkan terlantar.

“Tidak mungkin kami telantarkan. Kami sudah berkomunikasi untuk menjemput menggunakan ambulan yang tersedia. Kami konfirmasi, akan kami jemput,” kata Syukron.

Ia menjelaskan bahwa sopir ambulan Desa Jambearum memang telah memasuki usia pensiun, namun pelayanan tetap dijalankan dengan mengandalkan sopir dari desa-desa lain di sekitarnya.

“Pelayanan di desa tersebut tetap kami aktifkan. Kami masih ada sopir di tujuh desa lain yang bisa mengkover layanan,” tambahnya.

Menurut Syukron, pihaknya masih menunggu petunjuk lebih lanjut dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember terkait penggantian sopir ambulan yang pensiun.

“Layanan tetap kami aktifkan dengan ambulan puskesmas atau ambulan desa lain yang masih tersedia,” jelasnya.

Ia juga memastikan bahwa penjemputan terhadap Fatimah tidak akan dikenai biaya. “Kami gratiskan. Belum ada petunjuk soal biaya, jadi tidak kami pungut apa pun,” tegasnya.

Program Ambulan Desa Belum Sepenuhnya Optimal

Program ambulan desa di Kabupaten Jember pertama kali digulirkan pada masa pemerintahan Bupati Faida tahun 2018. 

Program ini menyediakan layanan ambulan untuk seluruh 248 desa dan kelurahan di wilayah Jember, guna mempercepat layanan medis di tingkat bawah.

Namun, seperti yang terjadi di Desa Jambearum, keberlanjutan layanan ini masih menghadapi sejumlah kendala, termasuk soal ketersediaan sumber daya manusia seperti sopir, serta operasional kendaraan.***

Konten berikut adalah iklan otomatis yang ditampilkan oleh Advernative. JemberTerkini.ID tidak terkait dengan materi konten ini.

Ketik kata kunci lalu Enter

close