![]() |
Waduh! Banyak Karyawan Hotel dan Resto di Jember Berpotensi Dirumahkan, Dampak Efisiensi Anggaran - jemberterkini.id |
JemberTerkini.ID – Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto mulai menimbulkan kekhawatiran di sektor perhotelan dan restoran di Kabupaten Jember.
Para pengusaha di sektor ini memprediksi bahwa penurunan omzet akibat berkurangnya kegiatan pemerintah di hotel dan restoran bisa berujung pada perumahan karyawan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jember, Teguh Soeprajitno, mengungkapkan bahwa sekitar 40 persen pendapatan hotel berasal dari kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Dengan adanya kebijakan efisiensi, kegiatan tersebut diperkirakan akan berkurang signifikan dalam waktu dekat.
“Kalau sekarang dampaknya belum terasa, namun satu bulan ke depan pasti mulai terlihat. Karena kebijakan itu sudah dicanangkan,” ujar Teguh pada Rabu, 12 Februari 2025.
Selain menurunnya okupansi kamar hotel, Teguh juga memprediksi bahwa dampak kebijakan ini akan berlanjut ke sektor ketenagakerjaan.
Jika kondisi ini berlanjut, pengusaha hotel dan restoran kemungkinan harus mengambil langkah untuk merumahkan karyawan guna menekan biaya operasional.
Tak hanya itu, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi pemasok bahan makanan untuk hotel dan restoran juga akan terdampak.
Menurut Teguh, banyak kebutuhan bahan makanan yang dibeli langsung dari UMKM setempat. Dengan berkurangnya kegiatan di restoran dan hotel, permintaan terhadap produk UMKM pun diperkirakan ikut menurun.
“Setiap ada kegiatan di restoran, seperti makan siang atau acara lainnya, kami membeli bahan langsung kepada distributor atau pelaku UMKM. Jika kegiatan berkurang, tentu UMKM juga terkena dampaknya,” tambahnya.
Menyadari potensi penurunan pendapatan akibat kebijakan ini, para pengusaha hotel di Jember mulai menerapkan strategi khusus untuk mengurangi ketergantungan terhadap kegiatan pemerintah.
Salah satu langkah yang diambil adalah mengadakan berbagai acara kreatif guna menarik pelanggan dari kalangan umum.
“Kami membuat event kreatif, apalagi sebentar lagi masuk bulan Ramadan. Misalnya, dengan mengadakan program buka puasa bersama di hotel agar pendapatan hotel tidak hanya bergantung pada okupansi kamar,” kata Teguh.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjadi solusi bagi sektor perhotelan dan restoran di Jember dalam menghadapi tantangan akibat kebijakan efisiensi anggaran.
Para pelaku usaha juga berharap adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, agar sektor ini tetap bisa bertahan dan terus berkembang.***