Atap SDN Plalangan 3 Kecamatan Kalisat Jember yang ambruk akhir pekan kemarin. /Dok. Imam Nawawi - TribunNews |
Kerusakan tersebut meliputi berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Kepala Dispendik Jember, Hadi Mulyono, menjelaskan bahwa kerusakan terbanyak ditemukan pada gedung SD.
Baca Juga: Kepala Desa Tanggul Wetan Dijemput Paksa, Diduga Korupsi Dana Desa Rp480 Juta
Hal ini sebanding dengan jumlah SD di Jember yang mencapai 1.040 sekolah, jauh lebih banyak dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.
"Di dapodik kami ada sekitar 400 sekian gedung dan kelas rusak. Sebagian sudah mulai diperbaiki," ujar Hadi, Senin (25/11/2024).
Sayangnya, keterbatasan anggaran menjadi kendala utama dalam upaya perbaikan.
Baca Juga: Pencairan Honor Guru Ngaji di Jember Dilakukan Setelah Pilkada, Bupati Pastikan Tidak Ada Kendala
Hadi mengungkapkan bahwa Pemkab Jember setiap tahunnya hanya mampu mengalokasikan dana untuk merenovasi sekitar 70 gedung sekolah.
"Tahun 2025 kami perbaiki, dan tahun berikutnya juga kami perbaiki untuk ruang kelas baru. Hampir setiap tahun ada sebanyak 70 gedung yang kami perbaiki," jelasnya.
Meskipun demikian, Pemkab Jember tetap berkomitmen untuk menangani permasalahan ini. Selama tiga tahun terakhir, alokasi anggaran untuk rehabilitasi gedung sekolah yang rusak mencapai Rp30 miliar hingga Rp40 miliar per tahun.
Baca Juga: Kecelakaan Adu Banteng Mobil Plat Merah dan Truk Box di Jalur Gumitir
Menjelang musim penghujan, Hadi mengimbau seluruh kepala sekolah untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan identifikasi dini terhadap potensi kerusakan.
"Supaya diidentifikasi ruang kelas atau gedung yang kira-kira rawan untuk dipantau dan dihindari. Demi keamanan anak-anak kita di sekolah," pungkasnya.***