TpMlGUr8GSM9GpOiTSM6TSO0TY==

Lakon Story: Sumpah Pocong Full Story

Lakon Story: Sumpah Pocong Full Story.


FULL STORY

TAMAT

Bantul, Jogjakarta, 1999

"Kehormatan keluarga Pak Bagio dan Prabu, waktu itu benar-benar dipertaruhkan, bahkan sejak adanya cerita itu, desa sekararum sudah seperti desa mati dengan tidak ada satupun orang yang berani mengunjungi.

Mengetahui semua itu, tentu saja Kusno seketika menjerit histeris dan berteriak memanggil bantuan kepada warga yang tinggal disekitar rumah pak Prabu. 

"Ya allah, innalilahi,, Tolong....Tolong...." Teriak Kusno berulang ulang.

Singkat cerita, akhirnya Pak Prabu dinyatakan meninggal dunia dengan kini, benar-benar sudah tidak ada lagi yang tersisa di keluarga pak Prabu. 

Wulan, Lasmi dan Pak Prabu, semuanya sudah meninggal dunia dengan cara yang bisa dikatakan tidak lazim.

( Benar sekali mas, sekitar 40 sampai 100 hari setelah sumpah pocong itu dilakukan, satu persatu keluarga pak Prabu meninggal dunia, dimulai dari 

Wulan yang meninggal karena kecelakaan, Bu Lasmi yang meninggal tidak wajar dan Pak Prabu yang ditemukan gantung diri. Kesaksian tentang habisnya keluarga pak Prabu tersebut sepertinya tidak hanya saya yang tau, tapi semua warga yang hidup waktu itu juga tau)." Narasumber.

... 

Bantul, Februari 1999. (40 hari setelah sumpah).

...

Malam itu, tidak berbeda dari malam-malam sebelumnya, setelah sumpah dilakukan, Wulan sudah tidak pernah tenang disetiap malam.

Jangankan tidur nyenyak, makan saja Wulan bisa dikatakan sudah cukup jarang. 

Hal itu, tentu saja bisa dikatakan wajar karena Wulan terus saja memikirkan Sumpah Pocong yang sebelumnya telah dia lakukan. 

Dan begitu juga dengan Santoso, sejak adanya kejadian itu, tepat 7 hari setelahnya, Pak Bagio dan seluruh keluarganya memilih untuk keluar dari desanya dengan maksud ingin menenangkan diri dari masalah yang menyeret keluarganya tersebut.

.. 

Hingga akhirnya semuanya pun terjadi begitu saja.

...

...

Malam itu, ditengah tengah Wulan masih melamun diatas ranjangnya, tiba-tiba Wulan mencium aroma parfum serimpi yang dimana, Wulanpun tau, parfum serimpi adalah parfum yang biasanya digunakan untuk orang 

yang baru saja meninggal dunia.

Dan tidak hanya itu, tepat diatas ranjangnya dan disampingnya, Wulan juga merasakan ada sesuatu yang seolah sedang ikut berbaring bersamanya.

Hal itu, tentu saja dikuatkan dengan bunyi ranjang yang terdengar ditekan ditambah, 

bunyi hembusan nafas yang terasa tepat dibelakang telinga Wulan.

"Heeeehhhhhh..hheeeeeeehhhh...hhheeeeeeehhh"

Mengetahui semua itu, tentu saja Wulan seketika memalingkan badannya kearah belakang tubuhnya untuk memastikan ada siapa dibalik tubuhnya. 

Ketika Wulan menengok kebelakang, malam itu tidak ada siapapun yang ada dikamar Wulan selain Wulan seorang.

Keadaan kamar Wulan tetap gelap dengan lampu yang memang sudah dimatikan sejak tadi.

"Loh, sepertinya kok ada yang ikut tidur diranjangku deh" 

fikir Wulan dengan menoleh kekanan dan kekiri.

Tapi anehnya, belum selesai Wulan kebingungan dengan semua itu, tiba-tiba Wulan kembali dikejutkan dengan suara gedoran Pintu rumah yang terdengar cukup kencang.

"Dok, dok, dok, dok, dok, dok" 

Mendengar hal itu, Wulan mengira jika pak Prabu lah yang sedang mengetuk pintu rumahnya.

Tapi anehnya, sudah cukup lama suara ketukan tersebut terdengar, tidak ada satupun yang terdengar membukakan pintunya.

Dok, dok, dok, dok, dok, dok,. 

Karena Wulan merasa jika ketukan pintu tersebut berasal dari tamu yang ingin berkunjung ke rumahnya, Akhirnya Wulan pun berjalan bangun dari kamarnya dengan mulutnya yang terus bergumam.

..

"Dari tadi ada yang ketuk pintu, tapi kok gak ada yang bukain sih. 

Masak sih ayah dan ibu sudah tidur, ini kan masih jam 22.00 malam." Fikir Wulan dengan terus mendengar suara ketukan tersebut terdengar cukup kencang.

Hingga akhirnya, setelah Wulan sampai diruang tengah Rumahnya, 

Wulan seketika berteriak kencang dengan tangannya yang menekan saklar lampu yang ada di dinding rumahnya.

"Iya sebentar" teriak Wulan dengan berjalan mendekati pintu utama rumahnya diiringi suara ketukan pintu yang terdengar semakin lama, sudah semakin keras saja. 

Tapi anehnya, ketika pintu utama rumahnya terbuka, bukannya seorang tamu, malam itu Wulan tidak melihat adanya siapapun yang ada dibalik pintu rumahnya.

Yang ada, hanya kegelapan dengan sesekali hembusan angin malam yang terasa menerpa bagian wajah Wulan begitu saja. 

Mengetahui semua itu, Wulanpun seketika terkejut dengan pandangan matanya yang melihat kearah kanan dan kiri begitu saja.

"Loh, kok gak ada orang sih" fikir Wulan kebingungan.

Tapi sayangnya, belum selesai Wulan keheranan dengan semuanya, 

Tiba-tiba pandangan Wulan teralihkan dengan adanya sosok laki-laki Berbaju putih yang terlihat berjalan cepat kearah dapur rumahnya. 

Disitu, dengan sigap tentu saja Wulan bergegas kembali masuk kedalam rumahnya dengan keadaan pintu utama rumahnya yang masih terbuka begitu saja.

"Hei siapa itu" teriak Wulan sambil berlari mengikuti langkah laki-laki berbaju putih tersebut. 

Tapi anehnya, lagi-lagi Wulan tidak melihat siapapun yang ada didalam rumahnya.

Keadaan dapur waktu itu benar-benar tetap sepi dengan tidak ada tanda-tanda adanya orang.

Karena fikiran Wulan yang sudah semakin kebingungan, 

Akhirnya Wulan memutuskan untuk berlari kearah kamar orang tuanya dan ingin membangunkan mereka semua.

"Dok, dok, dok, bu bangun bu,,,,,yah ayah..." Teriak Wulan berulang ulang sambil menggedor pintu kamar orang tuanya. 

Belum sampai Wulan dibukakan pintu oleh orang tuanya, pandangan Wulan tiba-tiba mengarah kearah luar rumah yang disitu, Wulan memang bisa melihat karena pintu utama rumahnya yang memang masih belum sempat tertutup. 

Dan Disitulah, Dengan mata kepalanya Sendiri, Wulan melihat adanya sosok Pocong yang terlihat berdiri memandangi Wulan.

Sosok Pocong tersebut, terlihat hanya diam dengan seluruh wajahnya yang terlihat sudah membusuk tidak karuan. 

Melihat semua itu, jantung Wulan rasanya seolah sudah berhenti berdetak, tubuhnya bergetar hebat dengan mulutnya yang juga seolah sudah tidak lagi bisa digerakkan.

Dan dengan sisa-sisa kesadarannya, Wulan terus saja mengetuk pintu kamar orang tuanya dengan perlahan, 

air matanya juga sudah keluar karena menahan rasa takut yang sangat luar biasa.

Tapi untungnya, beberapa lama Wulan mengetuk pintu kamar orang tuanya dengan terus memejamkan mata, Akhirnya Pintu kamar orang tuanya pun dibuka dari dalam. 

Disitu, dengan berantakan, Lasmi dan Pak Prabupun membuka pintu kamarnya dengan perasaan yang juga kebingungan. 

"Ada apa nduk" teriak Lasmi.

Tapi anehnya, belum sampai Wulan berbicara dan menjawab pertanyaan Ibunya tersebut, tiba-tiba pak Prabu berteriak terkejut.

"Loh, he, lihat kakimu,.kok ada darah keluar" teriak Pak Prabu kaget. 

Disitu, dengan terkejut, tentu saja semua mata tertuju kearah kaki Wulan yang memang terlihat tiba-tiba berlumuran darah.

Karena disitu Lasmi menganggap jika Wulan telah mengalami Keguguran, Akhirnya Lasmipun seketika menarik tubuh Wulan. 

"Loh, ya allah, kamu jangan-jangan keguguran" teriak Lasmi histeris.

Disitu, Perasaan Wulan seolah sudah campur aduk tidak karuan, karena selain baru sadar jika ada darah yang mengalir dari kemaluannya, Wulan juga terkejut karena sosok pocong yang sebelumnya dia lihat, 

waktu itu juga tiba-tiba menghilang begitu saja.

Hingga akhirnya, dengan tidak menunggu lebih lama lagi, pak Prabu seketika membawa Wulan ke Puskesmas yang ada cukup jauh dari rumahnya.

Tapi sayangnya, masih dalam perjalanan ke arah Puskesmas, 

motor yang dikemudikan pak Prabu, malam itu mengalami kecelakaan ringan karena menabrak Kucing yang melintas begitu saja. 

Namun anehnya, meski hanya jatuh secara perlahan, Wulan malam itu dinyatakan meninggal dunia dengan keadaan yang cukup mengherankan.

Bagaimana tidak, meski dibilang meninggal karena kecelakaan, 

wajah Wulan terlihat terbakar dengan luka bakar yang tiba-tiba terlihat diseluruh wajahnya.

Dan tidak hanya itu, malam itu masih berada dilokasi kecelakaan, Pak Prabu juga mencium aroma busuk yang berasal dari tubuh Wulan seolah olah, Wulan telah lama meninggal dunia. 

Mengetahui semua itu, rasa sedih pak Prabu rasanya sudah sampai pada puncaknya, Pak Prabu menangis histeris dengan jenazah anaknya yang malam itu benar-benar masih berada ditangannya.

Dan dengan menunggu adanya bantuan yang datang, 

pak Prabu merasakan jika di area tempat kecelakaan tersebut seperti banyak sekali orang padahal nyatanya, lokasi kecelakaan pak Prabu berada di tengah tengah jalan perkebunan.

Malam itu, pak Prabu benar-benar merasa ditengah tengah kerumunan banyak sekali orang. 

Suara tawa, suara obrolan, suara kerumunan, malam itu benar-benar terasa mendekat.

Karena perasaan pak Prabu yang semakin tidak karuan, dengan sekuat tenaga pak Prabupun seketika menggendong jenazah Wulan dan pak Prabupun akhirnya berjalan kembali kearah 

perkampungan dengan mulai menangis tidak karuan.

(Mungkin, saat itu adalah saat saat paling berat yang pernah dialami oleh pak Prabu, dengan menggendong jenazah anak Kandungnya, 

pak Prabu berjalan kembali ke perkampungan dengan rasa sedih yang sudah tidak bisa lagi jika harus dijelaskan.). 

Hingga akhirnya, dengan terus berteriak sambil meminta pertolongan, Para Wargapun terlihat mulai ada yang mendengar dan mendekati pak Prabu untuk menolongnya.

Dan sesampainya dirumah, tentu saja keadaan semakin mengharukan ketika Lasmi mengetahui jika Wulan telah 

Meninggal dunia karena kecelakaan.

Disitu, Dengan histeris, Lasmi berteriak sambil terus saja menggoyang goyangkan tubuh anaknya tersebut.

"Ya allah, nduk,,ya allah, ya allah,," teriak Lasmi berulang ulang. 

Bahkan,saking syok dan seolah tidak percaya dengan semuanya, Lasmi Akhirnya Pingsan begitu saja.

Dan semua itu, tentu saja berbeda dengan reaksi para Warga.

Para Warga yang malam itu berkumpul dirumah Pak Prabu, malah terlihat menjauh dengan hanya ada 

beberapa saja yang terlihat mendekat kearah jenazah Wulan.

"Sepertinya, Ini akibat sumpah Pocong yang waktu itu dilakukan oleh Wulan ya. Nih lihat, matinya Wulan jadi tidak wajar seperti ini. Masak sih kecelakaan kecil saja, Wulan bisa meninggal. 

Dan lihat, seluruh wajahnya gosong seperti terbakar loh. Dan yang paling aneh, masak sih, baru saja meninggal kok baunya sudah busuk banget seperti orang yang sudah lama meninggal" bisik-bisik Warga yang terdengar keheranan dengan keadaan kematian Wulan. 

Hingga akhirnya, kabar tentang kematian Wulan pun menyebar hingga keseluruh desa.

....

Sejak kematian Wulan, semua Wargapun mulai percaya dan beranggapan jika kematian Wulan terjadi karena Sumpah Pocong yang telah dilanggarnya. 

Disitu, keluarga pak Prabu akhirnya benar-benar dikucilkan sampai sampai, saat pemakaman Wulan, hanya sekitar 7 orang saja yang hadir.

Waktu itu, keluarga pak Prabu rasanya sudah sampai pada puncak malu dan hancur kehormatannya, semua warga seketika beranggapan jika ternyata, 

Wulanlah yang dianggap berbohong dan melanggar sumpah pocong yang digagas oleh pak Prabu itu sendiri.

Dan sejak saat itu, pak Prabu dan Lasmipun sudah jarang sekali terlihat keluar dari rumahnya. 

Setiap harinya, pak Prabu dan Lasmi hanya berdiam didalam rumahnya dengan jarang sekali terlihat keluar walau hanya untuk menyapu rumahnya.

.....

Tapi sayangnya, semua kejadian tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. 

....

Bukannya tenang, Sejak kematian Wulan, semua Warga malah mengaku didatangi oleh sesosok pocong yang setiap malam mendatangi rumah warga dengan cara mengetuk pintu dan terdengar merintih. 

Hal itulah yang akhirnya membuat desa Sekararum perlahan berubah menjadi desa yang cukup sepi dan terkesan dijauhi.

Semua itu, tentu saja semakin membuat keluarga pak Prabu tertekan karena dipandangan semua Warga desa, 

semua kekacauan tersebut berawal dari sumpah yang dilakukan antara Wulan dan Santoso sebelumnya.

Tapi disitu, ketika para Warga Mengunjungi rumah pak Prabu untuk meminta pertanggungjawaban atas semua kejadian yang ada, Pak Prabu terus saja menolak dan menampik, 

jika kematian Wulan tidak ada hubungannya dengan terror pocong yang mengganggu warga desa.

Dengan sangat tegas, pak Prabu mengatakan jika Pocong yang mengganggu warga desa tersebut bukanlah arwah dari anaknya. 

"Kalian kalau ngomong jangan seenaknya, kalau kalian berani ngomong dan menuduh arwah Wulan yang mengganggu kalian, kalian akan ku bunuh" teriak pak Prabu dengan tangannya yang memegang parang. 

Disitu, sosok pak Prabu yang sebelumnya dikenal sebagai seorang ulama, waktu itu seketika berubah menjadi seseorang yang pemarah dan arogan. 

Bahkan, tidak sedikit Warga yang beranggapan jika pak Prabu mengalami gangguan mental karena masalah yang dihadapinya.

Hal itulah yang akhirnya membuat para warga tidak ada yang berani lagi mengusik keluarga pak Prabu.

...

Bantul. September 1999.

.... 

Waktu itu, keadaan desa Sekararum sudah bisa dikatakan berada pada puncak keheningannya.

Sejak kematian seluruh keluarga Pak Prabu ditambah tidak kembalinya keluarga pak Bagio, membuat desa Sekararum rasanya sudah menjadi desa yang berantakan 

Tidak ada pimpinan dengan keadaan desa yang bisa dibilang berantakan, seolah menjadi bukti jika Desa sekararum sudah menjadi desa yang tidak lagi layak jika terus dihuni. 

Banyaknya warga yang memilih untuk pindah dari desa tersebut, seolah juga semakin membuat keadaan desa sangat sepi dan menyeramkan. 

(Masih sangat teringat jelas di ingatan kami mas, waktu itu penduduk desa hanya tersisa 20% dari populasi seluruhnya. Banyak sekali warga yang memilih pergi karena mereka mengaku diganggu sosok pocong sepanjang malam. Dan tidak sekedar mengganggu, sosok pocong tersebut terkesan 

melukai, pasalnya, ada sekitar 17 Warga yang sudah meninggal setelah melihat sosok pocong tersebut mas. Hal itulah yang akhirnya membuat desa sekar arum waktu itu benar-benar dijauhi dan ditakuti oleh warga )." Narasumber .

... 

Hingga akhirnya, semua cerita inipun sampai pada kejelasannya.

...

Sejak kematian seluruh keluarga pak Prabu, Kusno lah yang memang dipercaya sebagai orang yang bisa merawat aset dan harta pak Prabu yang meliputi rumah, sawah dan perkebunannya. 

Atas perintah dari saudara kandung pak Prabu, Kusno pun merawat semuanya sampai nanti ada kabar dari saudara pak Prabu tentang bagaimana kejelasannya mau dibawa kemana harta kekayaan pak Prabu tersebut. 

Setiap harinya, Kusno membersihkan rumah pak Prabu, merawat sawah hingga merawat perkebunan pak Prabu.

... 

Hingga akhirnya, Tuhanpun menunjukan kekuasannya.

Siapa sangka, Dengan Aktifitasnya, Kusnolah yang akhirnya membongkar dan menyelesaikan masalah di desanya yang bisa dikatakan sudah semakin larut saja.

... 

Masih teringat di ingatan Kusno, Malam itu, tepat pukul 18.00 malam, Kusno menuju kerumah pak Prabu untuk menyalakan Lampu rumahnya seperti biasanya.

Tapi anehnya, ketika lampu rumah sudah menyala semua, pandangan Kusno tiba-tiba teralihkan dengan adanya sosok Lasmi 

yang waktu itu sudah duduk diruang tengah rumahnya tersebut.

Dengan tidak bergerak, sosok Lasmi hanya diam sambil tersenyum kearah Kusno dengan senyuman yang menyiratkan kesedihan yang mendalam. 

Mengetahui semua itu, Kusno mencoba menguatkan hatinya dengan seketika dia menunduk dan bergegas berjalan kearah luar rumah Pak Prabu tersebut.

Awalnya, Kusno tidak berani jika harus terus merawat rumah pak Prabu karena selain ketakutan, Kusno sering sekali melihat Arwah 

pak Prabu, Lasmi hingga Wulan yang seolah masih Hidup dan berada didalam rumahnya. 

Karena Kusno yang membutuhkan biaya untuk kehidupannya sehari hari, akhirnya Kusnopun terus memberanikan diri merawat rumah pak Prabu dan perlahan mulai terbiasa dengan segala gangguan yang dialaminya.


... 

Dan puncaknya, Hari itupun tiba, sebuah hari yang dimana, Semuanya akhirnya terungkap begitu saja.

....

Pagi itu, seperti biasanya, ketika Kusno sedang membersihkan rumput dan tumbuhan liar disekitar rumah pak Prabu, 

Tiba-tiba Kusno melihat adanya potongan kain putih yang terlihat terpendam hanya sebagian.

Karena penasaran, Akhirnya Kusnopun menggali lubang dan menariknya keluar dari tanah.

Ketika kain putih tersebut ditarik, Kusno seketika terkejut bukan main karena besar dugaan, 

kain putih tersebut adalah potongan kain kafan.

Dan tidak hanya itu, ketika kain dibuka, didalamnya, terdapat foto Wulan, beberapa jarum, dan beberapa paku yang sudah berkarat. 

Mengetahui semua itu, Kusnopun seketika terkejut dan membawanya pulang kerumah dengan maksud ingin memberitahukannya kepada istrinya. 

Sesampainya dirumah, istri Kusno pun ikut terkejut dengan apa yang ditemukan oleh Kusno dan menganggap, jika bungkusan Kain tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Santet.

"Ini apa ya pak, kalau kulihat lihat, sepertinya ini santet deh, tuh ada foto almarhum mbak Wulan juga" 

terang istri Kusno dengan sangat yakin.

"Bagaimana kalau kita tanya mbah Jarwo saja ya bu, sepertinya beliau lebih mengerti" ucap Kusno mengajak Istrinya tersebut menemui mbah Jarwo karena merekapun tau, Mbah Jarwo adalah orang pintar yang tinggal didesa tetangga. 

Dan tanpa lama-lama lagi, Akhirnya Kusno dan Istrinyapun berangkat menuju kearah rumah Mbah Jarwo.

Sesampainya dirumah mbah Jarwo, Kusnopun seketika membuka bungkusan yang dia temukan dan diperlihatkan kepada mbah Jarwo. 

Disitu, dengan tidak mengeluarkan suara, mbah Jarwo terlihat terkejut dengan matanya yang melotot seolah tidak percaya dengan apa yang ada didepannya.

"Ya allah Gusti, dugaanku selama ini memang benar" ucap mbah Jarwo kaget. 

Mendengar Hal itu, Kusnopun keheranan dengan memperhatikan sikap mbah Jarwo yang terus saja membolak balik foto Wulan tersebut.

"Maksudnya bagaimana ya mbah ? " Tanya Kusno.

"Saya sudah dengar semua tentang cerita yang ada di desa sekararum, 

sumpah pocong dan gangguan yang terus mengganggu hingga saat ini, ya inilah jawabannya, Santoso sepertinya memang bapak dari bayi yang dikandung Wulan." Ucap Mbah Jarwo pelan.

Mendengar hal itu, 

Kusnopun seketika terkejut, tubuhnya bergetar dengan jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang.

"Saya sebenarnya sudah lama menduga semua ini, karena tidak adanya bukti, saya akhirnya hanya diam dengan tidak berani ikut campur masalah desa sekararum. 

Akan tetapi, setelah adanya ini, aku sangat yakin jika semuanya memang benar terjadi. " Imbuh mbah Jarwo.

"Maksudnya bagaimana sih mbah, saya belum faham" sahut Istri Kusno dengan sesekali melirik kearah Kusno. 

"Santosolah yang menghamili Wulan, karena terlanjur malu, akhirnya Santoso berani bersumpah pocong demi menutupi perbuatannya. Dan untuk menghilangkan jejaknya, dia mengirim santet ini kepada Wulan agar keluarga pak Prabulah yang terkesan bersalah" terang mbah Jarwo. 

"Hah yang bener mbah, bukannya Saat ini keluarga pak Bagio masih keluar kota ya ? " Tanya Kusno.

"Memangnya, kamu yakin kalau pak Bagio saat ini masih hidup ?. Saya yakin pak Bagio sekarang juga sudah meninggal dan Santoso juga sudah meninggal. 

Pocong yang menerror desa kalian adalah pocong Lasmi dan Wulan karena mereka tidak terima dengan tuduhan yang para warga layangkan kepadanya. Tapi sepertinya, semuanya akan segera berakhir, dengan adanya temuan ini, kita bisa bersihkan nama keluarga almarhum pak Prabu dan 

insyaallah, desa sekararum akan kembali damai dengan tidak adanya lagi gangguan pocong Wulan dan pocong Lasmi" tutup mbah Jarwo dengan menatap Kusno dengan tatapan yang terlihat cukup lega tidak terkira. 

"Sebentar mbah, mbah tau darimana kalau santet itu yang mengirim Santoso ?." Tanya istri Kusno menambahkan.

"Jenis santet ini, adalah santet banaspati, siapapun korbannya akan terbakar tubuhhya, apa kalian ingat, ketika Jenazah Wulan ditemukan, 

kalian lihat kan wajahnya terbakar. Tenang saja, Dukun yang mampu melakukan Santet jenis ini hanya satu didaerah sini, kita tinggal memaksanya untuk mengaku saja, saya yakin semua masalah didesamu akan segera selesai" 

terang mbah Jarwo dengan seketika mbah Jarwo mengajak Kusno dan Istrinya untuk pergi kesalah satu dukun yang dicurigai oleh mbah Jarwo sebagai pengirim santet tersebut.

"Kita kemana mbah ? " Tanya Kusno. 

"Sudah ikut saja, " sahut mbah Jarwo dengan beliau yang mulai menyalakan dan mengendarai motornya.

Hingga akhirnya, Mbah Jarwo, Kusno dan Istrinyapun sampai disalah satu rumah yang ada di ujung jalan.

Rumah tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah rumah Prapto yang dimana, 

Prapto memang dukun yang cukup terkenal didaerah tersebut.

Dan tidak perlu lama lama lagi, Akhirnya mbah Jarwopun masuk kedalam rumah Prapto dengan tidak sekalipun mengucapkan salam.

Sesampainya didalam, mbah Jarwo seketika berbicara kencang dengan nada 

yang terdengar cukup emosi tidak karuan.

"Sudah kuduga kamulah dalangnya," ucap Mbah Jarwo tanpa basa basi.

"Lhoh, ono opo iki. ( Loh, ada apa ini)." Sahut Prapto kebingungan.

"Sudah kamu gak usah mengelak lagi, kamu kan yang nyantet Wulan, 

lihat tuh akibatnya, desa sekararum sekarang jadi terisolasi. Sudah ayo kamu harus tanggung jawab, bantu bersihkan semuanya agar masalah ini tidak berlarut larut" ucap Mbah Jawo dengan nada yang terdengar cukup emosi. 

Mendengar hal itu, karena sepertinya Prapto tidak bisa mengelak lagi, Akhirnya Praptopun mengakui jika santet yang ditujukan kepada Wulan sebelumnya atas perintah dari Lurah bagio dan anaknya, Santoso.

Mendengar hal itu, Kusno rasanya sudah tidak lagi bisa menahan emosinya, 

Kusno mengamuk dan menghajar Prapto dengan membabi Buta dengan mbah Jarwo yang tidak mampu lagi untuk menghentikannya.

Disitu, Prapto benar-benar babak belur hingga pingsan tidak sadarkan diri karena amukan Kusno yang tidak bisa jika harus diceritakan lagi. 

Puncaknya, setelah semuanya jelas, mbah Jarwo dan Praptopun bersama sama membersihkan nama Keluarga pak Prabu sekaligus meminta maaf atas semua kejadian yang menimpa desa tersebut.

Dan atas arahan dari mbah Jarwo, akhirnya para warga melakukan selamatan yang memang ditujukan 

kepada seluruh keluarga pak Prabu agar arwahnya bisa tenang di alam sana.

Akhir cerita, setelah diadakan selamatan tersebut, desa sekararum yang sebelumnya sunyi, waktu itu perlahan mulai ramai kembali. 

Gangguan pocong yang sebelumnya menerror seluruh warga waktu itu juga sudah tidak pernah lagi ada yang akhirnya, membuat warga desa bisa kembali hidup tenang seperti sebelumnya. 

....

Beberapa bulan kemudian.

.

"Dok, dok, dok, dok, dok...." Suara gedoran pintu yang terdengar dirumah mbok Asih yang dimana, mbok Asih adalah salah satu warga desa sekar arum. 

"Mbok, suara apa itu..."ucap Lasri anaknya.

"Astagfirullah,,itu, Santoso " ucap Mbok Asih dengan matanya yang terbelalak karena malam itu, mbok Asih melihat adanya sesosok pocong yang ternyata sudah berada didalam rumahnya.

...

Selesai... 


Disclaimer:

- Tempat dan nama telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber.

- Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik akun X/LakonStory.

- Segala bentuk plagiasi ataupun pengutipan isi cerita tanpa seizin dan sepengetahuan penulis akan kami tindaklanjuti.

- Hanya Jember Terkini merupakan website resmi yang ditunjuk oleh Lakon Story untuk dapat mempublikasikan tulisan ini.

- Segala isi cerita yang ada telah diambil dari narasumber yang bersangkutan serta adanya sentuhan perubahan agar cerita menjadi nyaman untuk dibaca.

 

Konten berikut adalah iklan otomatis yang ditampilkan oleh Advernative. JemberTerkini.ID tidak terkait dengan materi konten ini.

Ketik kata kunci lalu Enter

close