Mengenal Asal-usul Sound Horeg yang Buat Geger Indonesia, Belakangan Kades di Mrawan Jember Jadi Korban. |
Jember Terkini, Sejarah Sound Horeg - Pernahkah Anda mendengar dentuman musik yang begitu keras hingga membuat jendela rumah bergetar? Itulah fenomena sound horeg. Lantas, apa itu sound horeg?
Kemudian apa yang membuat fenomena sound horeg begitu populer di kalangan masyarakat, terutama di Jawa Timur?
Lebih jelasnya, mari kita bahas lebih dalam mengenai asal-usul, dampak, dan kontroversi yang menyertainya.
Baca Juga: Apakah yang Menyebabkan Bahasa Madura di Kota Jember menjadi Bahasa Kelas 2
Mengenal Fenomena Sound Horeg
Belakangan ini, wilayah Jawa Timur atau daerah sekitarnya (seperti Pati) seolah tak lepas dari dentuman bass yang menggelegar dari sound system horeg.
Tak hanya di Pati, di Jember pun tak kalah ramai dan jadi perbincangan masyarakat.
Terakhir, kasus Kades yang digeruduk oleh warganya sendiri lantaran tak diizinkan untuk melakukan parade sound horeg.
Sebelum melanjutkan, baca juga artikel yang membahas Rumah Kepala Desa Mrawan Jember Digeruduk Warga Setelah Larang Karnaval Sound Horeg
Fenomena ini semakin merajalela, terutama saat perayaan besar.
Memiliki suara khas yang begitu menggema ini berhasil memikat, sound horeg, digemari khususnya generasi muda yang menyukai ritme modern.
Selain itu, kualitas sound system yang semakin canggih membuat suara bass terdengar begitu dalam namun tetap jernih, bahkan mampu terdengar hingga radius yang sangat luas.
Tak hanya itu, pertunjukan cahaya yang memukau dan kehadiran DJ semakin menambah semarak suasana.
Asal Muasal Sound Horeg
Dilansir Jember Terkini dari berbagai sumber, pawai di Kabupaten Malang tahun 2014 disinyalir menjadi tonggak lahirnya fenomena Sound Horeg. Parade tersebut menjadi sebuah perayaan yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.
Sementara itu, David Stevan Laksamana, ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu, mengamati adanya pergeseran signifikan dalam penggunaan sound horeg sejak tahun 2015.
Menurut David, awalnya, karnaval yang menjadi pusat perhatian, tapi sekarang justru sound system-nya yang menjadi bintang utama. Penari, pengiring, dan talent lainnya seolah menjadi pelengkap saja.
Dengan tata cahaya yang memukau, penampilan penari profesional, dan musik DJ yang menggelegar, Sound Horeg berhasil menciptakan atmosfer pesta yang tak terlupakan bagi masyarakat pencintanya.
Bagi masyarakat setempat, Sound Horeg lebih dari sekadar hiburan. Acara ini menjadi wadah bagi mereka untuk mengekspresikan identitas budaya sambil tetap mengikuti trend musik terkini.
Selain itu, penggabungan unsur tradisional seperti tarian Jaranan dengan musik elektronik menciptakan harmoni yang unik.
Namun, seperti halnya koin yang memiliki dua sisi, Sound Horeg juga memicu pro dan kontra. Bagi sebagian orang, kebisingan yang dihasilkan menjadi masalah.
Meskipun demikian, banyak warga yang tetap mendukung acara ini, melihatnya sebagai bagian dari dinamika sosial budaya masyarakat.
Pro Kontra Sound Horeg
Sound horeg tidak hanya populer di acara besar atau festival, namun juga acara keagamaan. Hal tersebut tentu kemudian membuat kontroversi.
Dilansir Jember Terkini dari laman NU Online, penggunaan sound horeg saat takbiran telah menjadi perbincangan hangat.
M Sholah Ulayya, salah satu tokoh agama di Sidoarjo, menyuarakan pentingnya pengaturan penggunaan sound system berkapasitas besar ini.
Baca Juga: Apa Saja Hal-hal Terbaik yang Bisa Dilakukan di Akhir Pekan sebagai Mahasiswa Universitas Jember?
Ulayya menjelaskan bahwa perlombaan untuk mendapatkan suara paling keras dapat menimbulkan gangguan terhadap masyarakat sekitar, terutama bagi mereka yang memiliki bayi, orang sakit, atau lansia.
"Kegiatan takbiran seharusnya menjadi bentuk ungkapan syukur yang membawa kedamaian, bukan kebisingan," tegasnya.
Selain itu, Ulayya juga mengingatkan bahwa inti dari perayaan Idul Fitri adalah rasa syukur dan kebersamaan.
Penggunaan sound system yang berlebihan dapat mengalihkan fokus dari makna sebenarnya dari hari raya.***