Kuntilanak Merah Alas Gumitir, Sudah Tidak Ada Jalan Keluar Lagi, yang Ada Hanya Hutan Belanatara dan Sebuah Kerajaan Jin yang Sangat Megah. /Lakon Story |
Jember Terkini - Ada yang sudah pernah baca cerita bersenggama bersama setan yang pernah ditulis Lakon Story?
Ya mungkin kalian yang sudah pernah membacanya, pasti kalian tau jika ternyata, manusia benar-benar bisa berinteraksi bahkan bisa berhubungan badan dengan makhluk tak kasat mata.
Namun jika dalam cerita bersenggama bersama setan kuntilanak tersebut menjelma menjadi manusia dalam cerita ini, sosok kuntilanak tersebut benar-benar menampakkan dirinya.
Dan untuk pertama kalinya, kami bisa mendapatkan informasi secara detail dan sangat jelas tentang bentuk dari sosok kuntilanak itu sendiri.
Lantas, bagaimana semua itu bisa terjadi ?.
Perlu kalian tau, Ketika manusia sudah dibutakan oleh harta semuanya memang bisa saja terjadi.
Bismillahirrahmanirrahim,
KUNTILANAK MERAH ALAS GUMITIR
Malang, 90 an
....
"Bakar, bakar, bakar, bakar", teriak warga kencang yang terdengar saling bersahutan.
Mendengar hal itu, Santoso dan Ningsih yang notabennya adalah anak dan istri dari Prasodjo, memilih untuk tetap sembunyi didalam rumah dengan terus berharap agar mereka bisa selamat.
"Bu, aku takut", ucap Santoso dengan tubuhnya yang dipeluk erat oleh ibunya tersebut.
"Sudah diam saja nak, semua orang masih mengamuk", sahut Ningsih dengan tatapan matanya yang terus mengintip dari celah-celah rumah bambunya.
"Bapak kenapa bu", rintih Santoso polos.
"Gak papa nak, bapak cuma berusaha untuk membuat kita agar tetap hidup" sahut Ningsih dengan mulai meneteskan air mata.
Puncaknya, karena sepertinya Ningsih sudah tidak kuat lagi jika harus terus melihat suaminya dianiaya oleh warga, akhirnya Ningsihpun memutuskan untuk berlari keluar dari rumahnya dengan tetap menyembunyikan Santoso didalam rumahnya.
"Cukup,...cukup....sudah cukup...." Teriak Ningsih kencang dengan seketika dia memeluk suaminya yang sudah terlihat babak belur tersebut.
Mengetahui semua itu, amarah para Warga terlihat sedikit mereda ditambah, waktu itu Santoso juga tiba-tiba menyusul ditengah kerumunan sambil memeluk kedua orang tuanya tersebut.
"Kalian ini keluarga sampah, bisanya cuma jadi beban warga kampung saja. Kalau sekali lagi kamu ketahuan mencuri, kamu akan kulaporkan ke polisi" teriak pak Galuh kencang dengan diiringi suara warga lain yang terdengar saling bersahutan.
(Benar sekali, cerita itu bermula ketika Prasodjo tertangkap warga sedang mencuri ayam dan kayu milik tetangganya. Tidak hanya sekali, Prasodjo sebenarnya kerap melakukan pencurian itu untuk menghidupi keluarganya. Ya meski yang dia curi bukanlah hal yang terlalu berharga, namun para warga tetap geram dengan tindakan Prasodjo. Semuanya bisa dibilang sangat wajar karena pada jaman itu, ekonomi di kampung ini bisa dikatakan masih sangat sulit. Tingkat kemiskinan dan pengangguran juga cukup tinggi)." Narasumber.
Dan singkat cerita setelah kejadian itu keluarga Prasodjo terlihat sudah semakin dikucilkan oleh warga.
Jangankan bertegur sapa ketika berjumpa mendekat kearah rumahnya saja Warga sudah terlihat enggan melakukannya.
...
Hingga akhirnya waktupun berlalu begitu saja.
...
Beberapa bulan setelahnya, keadaan keluarga Prasodjo yang sebelumnya susah, waktu itu bisa dikatakan sudah semakin susah saja.
Selain dikucilkan oleh semua warga, setiap datangnya bantuan dari desa seperti bantuan beras, makanan pokok dan sebagainya, keluarga Prasodjo selalu dibiarkan begitu saja.
Hal itu, sepertinya sengaja dilakukan oleh warga karena mereka masih merasa kesal dengan perbuatan Prasodjo sebelumnya.
Dan puncaknya, karena keadaan ekonomi yang bisa dikatakan kian sulit, akhirnya Prasodjo memutuskan untuk hendak pergi keluar dari kampungnya dan mencari pekerjaan diluar daerahnya.
Hal itu dilakukan Prasodjo karena asal kalian tau, stok makanan keluarga Prasodjo ternyata hanya tinggal beberapa hari saja.
"Bu, aku mau pergi mencari pekerjaan diluar kampung, nanti kalau aku sudah dapat pekerjaan, kamu dan Santoso ku jemput dan kita pergi dari kampung ini" ucap Prasodjo menjelaskan.
"Kenapa kita gak pergi bersama-sama saja sih pak, aku juga sudah tidak betah tinggal disini, semua warga mengucilkan kita." Sahut Ningsih pelan.
"Santoso masih kecil bu, aku tidak mau kita nanti terlantar di jalanan, mending aku cari kerja dulu sendiri, nanti kalau aku sudah dapat kamu dan Santoso langsung kubawa, ya aku akan cari pekerjaan sebagai pembantu atau tukang kebun saja lah, biar kita dapat tempat tinggal." Sahut Prasodjo.
"Terus kamu mau kemana,?" Tanya Ningsih terbata-bata dengan perlahan meneteskan air mata.
"Aku mau ke surabaya, disana kan kota besar, pasti banyak lowongan kerja, nanti kalau ada pekerjaan yang menyediakan tempat tinggal, kamu langsung kuambil bagaimana ?.
Beras kita tinggal sedikit, mungkin kalau dirumah cuma ada kamu dan Santoso, beras itu akan cukup untuk seminggu. Sudah tenang ya, aku janji, gak sampai seminggu aku akan kembali pulang dan jemput kalian." Imbuh Prasodjo meyakinkan.
Dan setelah obrolan mereka malam itu, akhirnya Ningsih pun menyetujui Niat Prasodjo untuk keluar dari kampungnya demi mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya.
....
Keesokan harinya tepat sekitar pukul 10.00 WIB, Prasodjo telah sampai di terminal kota dan duduk diam seorang diri sambil menunggu kendaraan yang sesuai dengan arah tujuannya.
Tapi anehnya, bukannya ke arah surabaya Prasodjo waktu itu malah pergi kearah Banyuwangi.
(Ada beberapa versi mengenai hal ini, ada yang bilang dulu Prasodjo diajak orang tidak dikenal untuk menuju ke Banyuwangi. Dan ada juga versi yang mengatakan jika Prasodjo memang sengaja kearah Banyuwangi dengan alasan yang belum jelas hingga saat ini)
Sepanjang perjalanan ke Banyuwangi Prasodjo bisa dikatakan sudah seperti orang yang kurang waras.
Didalam Bus yang dia tumpangi, Prasodjo sesekali terlihat tertawa, menangis sendiri dan sesekali melotot dan emosi tidak terkendali.
...
15.00 WIB.
Karena supir kendaraan yang merasa jika Prasodjo orang yang kurang Waras, akhirnya Prasodjo diturunkan di pinggir jalan oleh supir bus dengan alasan keamanan yang ternyata, Prasodjo Waktu itu turun di kawasan alas yang dikenal warga dengan sebutan Alas Gumitir.
Disitu, Prasodjo benar-benar sudah sampai pada puncak depresinya, dia terus saja bertingkah aneh layaknya orang yang kurang akal.
Dia berjalan, dia berlari, dia menari dan dia bertingkah aneh layaknya orang yang sangat depresi.
Hingga akhirnya, setelah beberapa lama berjalan kaki tiba-tiba Prasodjo dihampiri seorang laki-laki paruh baya yang sepertinya sedari tadi sudah memperhatikan Prasodjo dari kejauhan.
"Assalamualaikum" ucap laki-laki paruh baya tersebut sopan.
Dan tanpa menjawab ucapannya, Prasodjo waktu itu hanya diam lalu duduk di pinggir jalan dengan tidak sekalipun melihat kearah wajah laki-laki paruh baya tersebut.
Pandangan Prasodjo terlihat melamun dengan memperhatikan sebuah pasar tradisional yang terlihat cukup ramai di pinggir jalan seberang.
"Jika kamu sedang banyak masalah jangan disini, tempat ini kurang baik" ucap laki-laki paruh baya tersebut pelan sambil ikut duduk disamping Prasodjo.
"Aku sudah tidak tau lagi harus bagaimana, hidupku berantakan dan masalahku terlalu berat" sahut Prasodjo singkat.
"Kenapa kamu gak cari kerjaan, selama kamu masih mau berusaha, jalan itu akan selalu ada" imbuh laki-laki paruh baya tersebut sopan.
"Semuanya sudah kulakukan, bahkan demi menghidupi keluargaku aku rela mencuri makanan, Tapi kali ini aku sudah tidak kuat lagi. Saat ini aku pamit keluargaku pergi ke surabaya tapi aku tidak ada tujuan disana, aku takut tidak dapat pekerjaan, aku tidak tau harus bagaimana dan aku tidak tau harus kemana. Sekarang aku mau melakukan apapun asal hidupku bisa lebih baik, jangankan mencuri, bersekutu dengan setan pun aku bersedia", terang Prasodjo dengan mulai meneteskan air mata.
"Kamu bukan orang satu-satunya mas yang punya masalah, mungkin diluar sana juga banyak orang yang punya masalah lebih berat dari masalahmu, Tetap sabar dan jangan menyerah. Aku sering sekali lihat orang wara wiri disini, karena aku khawatir akhirnya ya aku samperin seperti sekarang. Soalnya tempat ini kurang baik untuk orang depresi takutnya masnya kenapa-napa, coba deh masnya ke pasar itu, disitu banyak sekali orang, siapa tau masnya di pasar itu dapat kerjaan", ucap laki-laki paruh baya tersebut menjelaskan dengan tangannya yang menunjuk kearah pasar tradisional yang memang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk tersebut.
Dan tanpa menjawab ucapan laki-laki paruh baya tersebut, Prasodjo akhirnya melanjutkan berjalan kaki dengan tidak sekalipun menoleh kebelakang dan tidak memandang ke arah pasar tradisional itu lagi.
Mengetahui semua itu, laki-laki paruh baya tersebut seketika mengejar Prasodjo lalu terlihat memberikan sejumlah uang.
"Naiklah kendaraan kearah Banyuwangi, datangi tempat yang ada di alamat ini, cari nama mbah Puspo lalu ceritakan semua masalahmu. Aku tidak berjanji, tapi disana sepertinya kamu akan dapat jalan keluar" ucap laki-laki paruh baya tersebut dengan memberikan secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat dan uang senilai 10.000 rupiah.
Disitu, Prasodjo hanya diam, pandangannya kosong dengan terus menatap kearah secarik kertas yang berisikan alamat desa tersebut.
Tapi anehnya, beberapa saat setelah itu ketika Prasodjo hendak menanyakan siapakah mbah Puspo, tiba-tiba sosok laki-laki paruh baya tersebut hilang begitu saja.
Mengetahui semua itu, Prasodjo seketika kaget, dia kebingungan dengan pandangan matanya yang terlihat terus menatap kearah kanan dan kiri area jalanan alas gumitir tersebut.
Dan puncaknya, tanpa memikirkan semua itu, Prasodjo akhirnya menghentikan salah satu pengendara motor yang sedang melintas dengan maksud dia ingin meminta antar ke alamat yang sudah diberikan oleh laki-laki paruh baya tersebut.
"Pak, alamat ini jauh ya pak" tanya Prasodjo memulai obrolan dengan bapak-bapak pengemudi motor.
"Jauh banget mas, ada apa ya, masnya mau kesana, kalau mau kesana bisa saya antar " ucap bapak-bapak pengemudi motor tersebut menjelaskan.
"Iya pak, tapi uang saya cuma 10.000 ribu, nanti kalau kurang saya ngutang dulu boleh?", sahut Prasodjo pelan.
Dan singkat cerita setelah obrolan mereka waktu itu, Akhirnya Prasodjopun diantar oleh bapak-bapak pengemudi motor ke alamat yang tertulis diatas sobekan kertas tersebut.
"Masnya darimana kok jalan kaki di alas Gumitir ? " Tanya pengemudi motor tersebut kencang karena dia terganggu dengan suara angin.
"Aku mau ke alamat ini pak, tapi sama sopir bus aku malah diturunkan di dekat pasar yang ada ditengah hutan tadi" jawab Prasodjo pelan.
"Hah, pasar ?. Mana ada pasar mas, ini jalan hutan, gak ada pasar" sahut pengemudi motor keheranan.
Disitu, perasaan Prasodjo semakin kebingungan, dia terheran heran dengan fikiran yang rasanya sudah campur aduk tidak karuan.
(Menurut cerita, Prasodjo memang diturunkan di kawasan Alas Gumitir oleh sopir bus. Dan menurut beberapa versi, disitu Prasodjo bertemu orang di area pasar alas Gumitir tapi anehnya Pasar tersebut pada kenyataannya memang tidak pernah ada. Dan menurut cerita dan mitosnya, jalur alas Gumitir memang cukup terkenal dengan keangkerannya, mulai dari pasar setan hingga penampakan dari arwah kerja Paksa pada jaman penjajahan belanda. Dan tidak hanya itu, alas Gumitir yang konon juga digunakan sebagai tempat pembuangan mayat PKI seolah melengkapi cerita seramnya alas yang memang terletak persis dibagian timur pulau Jawa ini)." Narasumber.
Puncaknya, sekitar pukul 20.00 WIB, Prasodjo akhirnya sampai di alamat yang sudah tertera di kertas yang ada ditangannya tersebut.
Baca Part Selanjutnya Disini >>> Kuntilanak Merah Alas Gumitir, Sosok Perempuan Mengenakkan Baju Hitam Kemerah-merahan dengan Bentuk Rambut yang Terlihat Sangat Acak-acakan (Part2)
Disclaimer:
- Tempat dan nama telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber.
- Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik akun X/LakonStory.
- Segala bentuk plagiasi ataupun pengutipan isi cerita tanpa seizin dan sepengetahuan penulis akan kami tindaklanjuti.
- Hanya Jember Terkini merupakan website resmi yang ditunjuk oleh Lakon Story untuk dapat mempublikasikan tulisan ini.
- Segala isi cerita yang ada telah diambil dari narasumber yang bersangkutan serta adanya sentuhan perubahan agar cerita menjadi nyaman untuk dibaca.