Kuntilanak Merah Alas Gumitir, Sosok Perempuan Mengenakkan Baju Hitam Kemerah-merahan dengan Bentuk Rambut yang Terlihat Sangat Acak-acakan. /Lakon Story |
Jember Terkini - Tapi sayangnya, bukannya sesuai Ekspetasi, rumah yang ada di alamat tersebut adalah rumah kosong yang terlihat sudah lama tidak berpenghuni.
Hal itu, terlihat selain dari bentuk bangunan rumahnya, juga terlihat dari bentuk rumput yang sudah tinggi menjulang mengerubunginya.
Disitu, belum lama Prasodjo menatap kearah rumah tersebut, tiba-tiba dia dikejutkan dengan adanya wanita tua yang sepertinya, wanita tua tersebut adalah salah satu warga desa.
"Mau cari siapa mas?" tanya wanita tua tersebut.
"Oh, anu mbok, mau cari mbah Puspo, apa benar ini rumahnya ?, soalnya alamatnya disini heheh" ucap Prasodjo terbata-bata.
"Oalah iya, ini memang rumah mbah Puspo, tapi sekarang mbah Puspo tinggal disana" sahut wanita tua tersebut dengan tangannya yang menunjuk kearah salah satu rumah yang terlihat 100 meter jauhnya.
Dan tanpa banyak tanya lagi, akhirnya Prasodjopun berjalan pelan kearah rumah yang memang terlihat sedang menyala lampunya tersebut.
Sesampainya didepan rumah, belum sampai Prasodjo mengetuk pintunya, dari arah dalam rumah, tiba-tiba keluar kakek-kakek tua yang terlihat tersenyum dengan senyuman yang cukup menakutkan.
"Ono opo to le (Ada apa nak)", ucap kakek-kakek tua tersebut.
"Anu kek, aku tadi di alas Gumitir ketemu orang dan disuruh menemui kakek, aku dikasih alamat ini", ucap Prasodjo dengan tangannya yang memberikan secarik kertas tersebut.
Mengetahui semua itu, kakek-kakek tua tersebut seketika terkejut lalu duduk dengan matanya yang menatap kearah Prasodjo.
"Iya, akulah mbah Puspo, keperluanmu apa" ucap Kakek-kakek tersebut yang ternyata, dialah mbah Puspo.
Disitu, tanpa basa basi lagi, Prasodjopun seketika menceritakan semua masalahnya, mulai keadaan keluarganya, keadaan ekonomi hingga alasan kenapa dia sampai pergi dari rumahnya tersebut.
Mendengar hal itu, dengan sikap yang cukup tenang Mbah Puspo terlihat tersenyum sembari memberi penjelasan jika dirinya bisa membantu Prasodjo akan tetapi, bantuan yang akan diberikan mbah Puspo adalah dalam bentuk ilmu hitam.
"Aku bisa memberikan apa yang kamu mau, tapi syaratnya cukup berat, apa kamu sanggup?" tanya Mbah Puspo jelas.
"Sanggup, apapun akan kulakukan asal harga diriku bisa kembali lagi dan keluargaku bisa dihormati", ucap Prasodjo kencang dengan tidak nampak sedikitpun keraguan.
"Yasudah ayo ikut aku", ajak mbah Puspo keluar dari rumahnya dan berjalan kearah rumah kosong yang sebelumnya sudah Prasodjo datangi tersebut.
Sepanjang perjalan ke rumah kosong, Prasodjo sebenarnya sedikit terheran heran karena saat itu, para warga yang tinggal di kampung mbah Puspo semuanya terlihat keluar dari rumahnya masing-masing dan dengan seksama menatap langkah Prasodjo.
Dan tidak hanya itu, tatapan para warga kampung saat itu terlihat sedih seolah menyiratkan kekecewaan dengan apa yang akan dilakukan oleh Prasodjo.
Tanpa memperdulikan semua itu, Prasodjo terus saja melangkahkan kakinya tepat dibelakang langkah mbah Puspo yang terlihat sudah semakin cepat saja.
Singkat cerita, sesampainya dirumah kosong milik mbah Puspo, Prasodjo terlihat disuruh untuk membuka semua bajunya lalu dirinya dimandikan dengan air yang berasal dari dalam sebuah sumur yang ada didalam rumah kosong tersebut.
Dan tanpa banyak tanya, Prasodjo waktu itu hanya diam dengan fikiran yang sudah pasrah dengan semua yang akan dilakukan oleh mbah Puspo terhadapnya.
"Setelah mandi, kamu tidur disini selama 7 hari. Jangan pulang dan jangan makan apapun. Kalau lapar kamu minum saja air yang ada didalam sumur ini.Dan apapun yang terjadi, kamu harus menuruti, jika kamu selesai dan lolos melakukan ritual ini, mbah jamin hidupmu akan seketika berubah", ucap mbah Puspo pelan dengan tangannya yang terus mengguyur seluruh tubuh prasodjo.
Disitu perasaan Prasodjo rasanya sudah tidak bisa jika harus diceritakan kembali, rasa takut, frustasi, pasrah dan sebagainya, saat itu sudah bercampur aduk menjadi satu.
Dan puncaknya, setelah semua proses ritual tersebut selesai, Prasodjo diarahkan untuk beristirahat didalam sebuah kamar tidur dengan ranjang yang sudah sangat tua bentuknya.
"Sekarang kamu istirahat saja disini, jangan sekali-kali mengenakan pakaianmu kembali, kamu harus tetap telanjang agar Wilujeng bisa segera datang. Jika dia datang, lakukan apapun yang dia mau, maka hidupmu akan berubah dan ritual ini selesai" ucap mbah
Puspo dengan dia yang terlihat mulai mengunci satu persatu pintu rumah kosong tersebut.
"Hah, Wilujeng? Siapa Wilujeng mbah?" Tanya Prasodjo penasaran.
"Kuntilanak" sahut mbah Puspo lalu diapun keluar dari rumah tersebut dan menguncinya dari luar.
Mendengar hal itu, Perasaan Prasodjo seolah semakin ketakutan, nafasnya sesak dengan seluruh tubuh yang sudah bergetar hebat tidak karuan.
Dan lagi-lagi, karena sudah tidak ada pilihan lagi, akhirnya Prasodjopun hanya diam dengan mulai membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
Waktu itu, rasa Gatal ditubuh Prasodjo seolah tidak lagi dia rasakan, meski dalam keadaan telanjang dan tidur diatas ranjang yang kotor Prasodjo hanya diam walau sesekali ada tikus, kelabang, dan hewan lain yang terlihat lewat berseliweran.
Dan puncaknya, waktupun berlalu begitu saja.
...
Malam itu sudah hari ke 7 Prasodjo berdiam didalam rumah kosong tersebut, tapi anehnya, selama berada didalam rumah Prasodjo tidak pernah merasakan apapun.
Mengetahui hal itu, Prasodjo perlahan mulai curiga dengan mbah Puspo karena dia merasa jika dia telah dibohongi.
"Sudah hampir 7 hari, aku kok gak merasakan apa-apa ya, mbah Puspo juga tidak kunjung datang kesini lagi, apa jangan-jangan aku ditipu ya. Tapi kalau mau menipu, tujuannya apa coba, aku kan orang miskin", fikir Prasodjo kebingungan dengan dia yang akhirnya menutup matanya karena malam itu, waktu sudah menunjukan pukul 23.00 malam.
Dan disitulah, belum lama Prasodjo menutup mata, tiba-tiba dia terbangun karena ada suara seretan yang terdengar seperti kain yang bergesekan dengan lantai.
"Sreeeetttt"
Mendengar hal itu, Prasodjopun seketika membuka matanya, jantungnya berdetak kencang karena bersamaan dengan itu, Prasodjo juga mencium aroma bunga melati yang tiba-tiba tercium dengan cukup kuat.
Dan dengan mencoba menguatkan tubuhnya, Prasodjo malam itu bangun dari tidurnya dan duduk diatas ranjang dengan pandangannya yang terus memperhatikan ke setiap sudut ruangan.
"Siapa itu!" ucap Prasodjo pelan.
Dan disaat itulah, pandangan Prasodjo tiba-tiba teralihkan dengan adanya sosok perempuan yang sedang melayang rendah kearahnya.
Sosok perempuan tersebut, mengenakkan baju hitam kemerah merahan dengan bentuk rambut yang terlihat sangat acak acakan.
Dan tidak hanya itu, setelah sosok tersebut lebih mendekat kearah Prasodjo, dengan sangat jelas Prasodjo akhirnya bisa melihat kearah wajah perempuan tersebut yang ternyata sangat hancur dan membusuk.
Bau busuknya, wajah hancurnya dengan kaki dan tangan keringnya, seolah menjadi pemandangan yang tidak akan pernah Prasodjo lupakan selama hidupnya.
"Wilujeng" ucap Prasodjo pelan.
Dan dengan mengeluarkan suara seperti suara babi hutan, perempuan tersebut terlihat terus memperhatikan setiap bagian dari tubuh Prasodjo.
"Aarrrgghhh,,,ggrrrgg,,ggrrrggg"
Tidak hanya itu, beberapa saat setelah itu, Pandangan Prasodjo juga teralihkan dengan adanya sosok pocong yang terlihat hanya diam agak jauh dari ranjangnya.
"Aku harus kuat, aku harus kuat" ucap Prasodjo.
Dengan menahan semua kengerian yang ada, Prasodjo waktu itu hanya diam meski seluruh tubuhnya sudah bergetar karena menahan rasa takut yang tidak tertahankan.
Dan puncaknya, kepala Prasodjo tiba-tiba terasa pusing tidak karuan, matanya kabur dengan kepala pening dengan sendirinya.
Disitulah ketika Prasodjo masih menahan rasa sakit disekujur tubuhnya, tiba-tiba dia merasa jika dibagian tubuhnya sedang dijilati oleh seseorang.
Dan tidak hanya itu, kemaluan Prasodjo juga perlahan terasa disentuh dengan sesekali diremas oleh sesuatu yang tidak terlihat.
(Menurut informasi yang kami dapatkan Prasodjo malam itu telah bersetubuh dengan setan, meski kami tidak tau bagaimana proses persisnya, yang jelas menurut keterangan beberapa sumber Prasodjo telah melakukan hubungan terlarang dengan kuntilanak dari alas Gumitir.).
Hingga akhirnya, keesokan harinya mbah Puspo tiba-tiba datang kembali kerumah tersebut dan menghampiri Prasodjo dengan raut wajah yang terlihat cukup lega.
Dan tidak hanya itu, Selain terlihat lega, mbah Puspo juga memberikan ucapan selamat kepada Prasodjo karena sepertinya Prasodjo telah berhasil dan sudah menyelesaikan ritualnya.
"Saat ini kamu sudah punya perewangan, dia akan ikut kemanapun kamu pergi, jika kamu membutuhkan bantuannya, kamu tinggal memanggilnya. Dan satu lagi, perewangan ini akan ikut kamu pulang, jadi dirumah siapkan satu ruangan khusus untuk ritual dan jangan lupa rutin kasi sesajen, untuk detail apa saja ritual dan sesajennya nanti aku beritahu " ucap mbah Puspo dengan memberikan pakaian bersih yang selanjutnya dikenakan oleh Prasodjo
Dan singkat cerita, keesokan harinya setelah lama berada dirumah mbah Puspo dan mendengarkan semua arahannya, akhirnya Prasodjopun kembali pulang ke kampung halamannya yang ada di kabupaten malang tersebut.
Selama perjalanan pulang, Prasodjo meminta bantuan perewangannya untuk menghipnotis dan melakukan Gendam kepada setiap orang yang ditemuinya,
Dan hasilnya, dalam waktu sekejap saja Prasodjo saat itu mendapatkan sejumlah uang dan beberapa perhiasan.
Dan sejak saat itulah, kehidupan ekonomi Prasodjo bisa dikatakan seketika berubah.
Setiap harinya dia berpamitan kepada istrinya untuk pergi bekerja ke surabaya yang pada kenyataanya, dia melakukan gendam dan menghipnotis orang-orang yang ditemuinya di jalanan kota ataupun ditempat-tempat keramaian.
Dan mirisnya, istri dan anak Prasodjo saat itu sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Prasodjo tersebut.
Yang mereka tau, Prasodjo setiap harinya keluar dan bekerja dengan cara yang halal.
Namun sayangnya, Tuhan berkehendak lain.
Ningsih yang sebelumnya sama sekali tidak mengetahui apa-apa waktu itu perlahan mulai curiga dengan tingkah Prasodjo yang bisa dikatakan semakin hari sudah semakin aneh saja.
Setiap harinya, Prasodjo selalu membawa satu kotak hitam yang dimasukan kedalam kamar kosong dirumahnya yang dimana, kamar kosong tersebut selalu Prasodjo kunci dari luar.
Dan tidak hanya itu, bau dupa yang sepanjang hari tercium dirumahnya juga semakin membuat keyakinan Ningsih menguat bahwa suaminya tersebut telah bersekutu dengan setan.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, ketika Ningsih dan Prasodjo sedang duduk bersama, Ningsih selalu menanyakan hal tersebut namun sayangnya dengan sangat tegas Prasodjo selalu membantahnya.
"Sejak kamu pulang dulu, kamar itu kok selalu kamu tutup se pak, ada apa didalamnya." Tanya Ningsih memulai obrolan.
"Sudah kamu gak perlu tau," jawab Prasodjo singkat.
"Jangan aneh-aneh ya pak. Ingat, anak kita masih kecil, kasian kalau terus kita kasi makan dengan uang haram" imbuh Ningsih sambil tersenyum pelan seraya memberi tanda, jika waktu itu Ningsih sudah mengetahui jika Prasodjo telah bersekutu dengan setan.
Mendengar hal itu, Prasodjo seketika murka, dia marah besar dengan tangannya yang menampar dan memukuli Ningsih saat itu juga.
"Kamu ini banyak omong, aku lakukan semua ini demi kamu dan Santoso. Sudah jangan ikut campur. "Teriak Prasodjo kencang dengan terus menganiaya istrinya tersebut.
Dan singkat cerita, setelah puas menganiaya istrinya, Prasodjo waktu itu berpamitan pergi dan tidak akan kembali untuk beberapa hari.
Karena Prasodjo menganggap jika Ningsih sudah mengetahui semuanya, Kunci kamar yang biasanya selalu dipegang, waktu itu akhirnya diberikan.
"Aku mau ke surabaya lagi, disana aku akan menetap selama beberapa hari agar penghasilanku lebih banyak dan aku tidak harus wara wiri. Selama aku tinggal, setiap hari kamu harus membersihkan kamar kosong tersebut, setiap maghrib tiba ganti sesajennya dengan yang baru, stok sesajennya ada di almari bawah. Jangan sampai lupa", ucap Prasodjo kencang dengan melemparkan kunci kamar kosong kearah Ningsih lalu diapun pergi dari rumahnya begitu saja.
Disitu, perasaan Ningsih rasanya sudah tidak bisa jika harus diceritakan lagi, dia menangis tersedu sedu dengan menahan rasa sakit yang dia rasakan di sekujur tubuhnya.
"Ya allah, hidupku kok jadi begini, sudah berantakan, sekarang suamiku malah bersekutu dengan setan" Rintih Ningsih pelan.
Hingga akhirnya, setelah semuanya sudah mereda, tepat pukul 17.30 WIB, untuk pertama kalinya, Ningsih akhirnya membuka kamar yang sebelumnya selalu dikunci oleh Prasodjo tersebut.
Setelah pintu kamar sudah terbuka, Ningsih seketika terkejut bukan main karena saat itu, dia melihat banyak sekali bekas sesajen.
Dan tidak hanya itu, bentuk ranjang kamar yang dihias layaknya ranjang pengantin, juga sudah membuat Ningsih tidak lagi bisa berkata-kata.
"Ya allah, apa yang selama ini sudah dilakukan Prasodjo" ucap Ningsih Lesu.Hingga akhirnya, alih-alih melakukan Perintah Prasodjo, waktu itu Ningsih malah membersihkan semuanya.
Semua bekas sesajen dan semua stok sesajen yang ada di Almari bawah pun, waktu itu dibuang begitu saja.
Hal itu sepertinya memang sengaja dilakukan Ningsih agar suaminya tersebut bisa segera sadar dan berhenti melakukan semuanya.
Singkat cerita, waktu itu keadaan kamar kosong yang sebelumnya tertutup, seketika terlihat terbuka dengan kondisi dalamnya lebih rapi daripada sebelumnya.
Dan tidak hanya itu, aroma dupa dan kemenyan yang setiap hari tercium dirumah Ningsih, waktu itu juga sudah tidak lagi ada dengan kini, keadaan rumah Ningsih sudah seperti rumah orang-orang pada umumnya.
....
22.00 WIB.
Baca Part Selanjutnya: Kuntilanak Merah Alas Gumitir, Selain Berwajah Rusak dan Berambut Gimbal, Tubuh Perempuan Tersebut Dipenuhi Banyak Bulu Lebat Layaknya Gorila (Part 3)
Disclaimer:
- Tempat dan nama telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber.
- Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik akun X/LakonStory.
- Segala bentuk plagiasi ataupun pengutipan isi cerita tanpa seizin dan sepengetahuan penulis akan kami tindaklanjuti.
- Hanya Jember Terkini merupakan website resmi yang ditunjuk oleh Lakon Story untuk dapat mempublikasikan tulisan ini.
- Segala isi cerita yang ada telah diambil dari narasumber yang bersangkutan serta adanya sentuhan perubahan agar cerita menjadi nyaman untuk dibaca.