Jember Terkini - Tapi sayangnya, belum lama aku tertidur, aku kembali mendengar suara yang cukup mengganggu telingaku.
Suara tersebut bukan suara tangisan ataupun rintihan, melainkan seperti suara bacaan doa jawa yang terdengar dibaca oleh seseorang sambil berkeliling rumah.
(Moment ini sebenarnya adalah moment penting yang menjadi titik awal dimana semua kejadian ini bermula. Andai saja malam itu aku mengetahui jika akan ada santet yang akan menyerang keluarga pak Atmojo, mungkin dengan sekuat tenaga saya akan mengingatkannya. Tapi sayangnya, waktu itu saya gak mengerti jika itu semua adalah tanda akan adanya santet. Yang ada didalam fikiranku, malam itu mungkin akan ada penampakan makhluk halus yang sudah seperti biasanya kulihat dirumah tersebut) Saksi.
"Ini sih suara doa bu, sepertinya diluar rumah sedang ada orang baca mantra", ucapku berbisik kepada istriku yang waktu itu juga ikut terbangun karena mendengar suara sayup-sayup mantra yang juga diselingi suara teriakkan Singgih yang masih saja terdengar mengganggu.
"Iya mas,, entah apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga ini, saya sudah gak habis fikir. Setiap malam ada saja gangguan yang kita dengar dan kita lihat, apa jangan-jangan, dulu keluarga ini melakukan pesugihan ya", sahut Istriku pelan.
Dan puncaknya, belum selesai aku dan istriku membicarakan semua itu, aku dan istriku kembali mendengar suara lompatan yang jika didengar dengan lebih teliti lagi, suara lompatan tersebut adalah suara lompatan pocong.
Hal itu, selain dikuatkan dengan terciumnya bunga melati khas orang mati, malam itu aku mendengar suara lompatan tersebut mengarah kearah kebun pisang yang ada dibelakang rumah.
"Blek.blek, blek, blek"
Mendengar hal itu, akupun kembali menguatkan diriku karena akupun tau, jika aku memaksa keluar, yang ada aku hanya akan lari.
(Malam itu dirumah pak Atmojo seperti sedang didatangi banyak sekali makhluk halus mas, saya dengar suara lompatan pocong, saya dengar suara orang menangis, saya dengar suara langkah kaki pincang. dan bahkan, saya juga merasakan didalam rumah pak Atmojo malam itu terasa cukup ramai tidak karuan, padahal nyatanya, keadaan rumah pak Atmojo sangat sepi dengan hanya ada suara Singgih yang terdengar berteriak sesekali) Saksi.
Dan dengan menguatkan semua ketakutan itu, malam itu aku tetap bertahan didalam kamar dengan tidak sekalipun berani keluar rumah meski aku dan istriku mendengar semua kengerian itu.
Hingga akhirnya, malam itupun berlalu begitu saja.
...
Keesokan harinya, ( Santet Brojo Sukmo datang )
...
Masih teringat jelas di kepalaku, Hari itu adalah tepat hari kamis kliwon malam jumat legi.
Singgih yang sebelumnya terus saja berteriak disepanjang harinya, waktu itu sekitar pukul 17.30 WIB, Singgih terlihat tenang dan seperti orang waras dengan tidak adanya tanda-tanda dia sakit.
Bahkan, Singgih juga sesekali merayuku agar aku mau membukakan tali ikatannya.
"Tolonglah pak, buka ikatan saya, saya sudah sembuh, saya sudah capek diikat begini. Nanti kalau bapak mau bukain ikatan saya, saya akan bilang ke ayah agar gaji bapak dinaikkan" ucap Singgih dengan sesekali tersenyum mengerikan.
Disitu, karena aku tetap memegang teguh pesan dari pak Atmojo agar ikatan Singgih tidak boleh dilepas apapun alasannya, akhirnya waktu itu akupun menolak permintaan Singgih yang akhirnya, Singgih Pun kembali memberontak dan memaki ku dengan kata-kata kasarnya.
Namun disitu, karena aku tidak mau menghiraukannya, akhirnya akupun kembali melakukan aktifitas harianku seperti biasanya.
Singkat cerita, Tepat sekitar pukul 19.00 WIB, aku tiba-tiba mendengar teriakan bu Asih yang terdengar sedang memanggil nama istriku.
"Naning...."teriak bu Asih.
Mendengar hal itu, akupun memperhatikan istriku dari kejauhan yang terlihat berlari masuk kedalam kamar bu Asih yang memang terletak dilantai dua rumah tersebut.
Dan setelah beberapa lama didalam kamar bu Asih, Istriku Pun keluar dari kamar bu Asih dengan tangannya yang membawa kresek berisikan pembalut bekas dengan banyaknya darah haid yang terlihat masih menempel.
"Bu Asih sepertinya sakit mas, darah haidnya keluar gak mau berhenti. Tadi sudah ku ajak kerumah sakit tapi bu Asih gak mau, katanya mau dilihat dulu, kalau besuk darahnya masih keluar, baru mau kerumah sakit"ucap Istriku yang waktu itu berhenti sejenak di depanku dan kembali berjalan kearah dapur rumah itu.
Dan tidak hanya itu, beberapa lama setelah itu, pak Atmojo juga terlihat pulang dari tempat kerjanya dengan raut wajah yang terlihat sangat pucat tidak terkira.
Seperti biasanya, ketika pintu rumah sudah terbuka dan pak Atmojo masuk kedalam rumahnya, beliau langsung saja berjalan masuk kedalam kamar tidurnya dengan tidak sekalipun menyapaku meskipun saat itu aku selalu berdiri membukakan pintu untuknya.
...
23.25.WIB.
...
Malam itu, tatapan wajahku mengarah kearah jam dinding dengan tanganku yang memeluk istriku yang sudah tertidur pulas.
Dan beberapa lama setelah itu, aku kembali mendengar suara mantra yang saat itu terdengar tidak hanya diucapkan oleh satu orang, melainkan terdengar seperti diucapkan oleh beberapa orang.
Mendengar hal itu, karena fikiranku yang sangat penasaran, akupun akhirnya memberanikan diri untuk perlahan membuka jendela kamarku agar aku bisa melihat kearah luar rumah.
Tapi anehnya, ketika aku sudah bisa melihat kearah luar rumah, pandanganku seketika kebingungan karena malam itu, aku benar-benar tidak melihat adanya siapapun.
Yang ada hanya hembusan angin yang berhembus memutar aneh dengan suara mantra yang diucapkan tersebut seperti semakin ramai.
Dengan rasa penasaran yang sudah tidak lagi bisa ku tahan, akhirnya akupun memutuskan untuk hendak keluar dari kamarku dan ingin memastikan sebenarnya siapa yang akhir-akhir ini terus saja mengganggu rumah keluarga pak Atmojo tersebut.
Tapi sayangnya, ketika aku baru saja membuka pintu kamarku, tepat didepan pintu kamarku, ada sesosok pocong yang tingginya melebihi dari tinggi badanku.
Tidak hanya tinggi, sosok pocong tersebut wajahnya terlihat membusuk dengan aroma tubuhnya yang tercium sudah sangat tidak sedap.
"Kowe ora usah melok-melok. (Kamu tidak usah ikut campur)", suara tersebut terdengar pelan.
Dan tidak hanya itu, bersamaan dengan itu, aku juga mendengar suara ledakan yang terdengar seperti petasan yang sengaja di ledakan didalam rumah.
"Ddduuoooorrrr"
Singkat cerita setelah suara ledakan tersebut kudengar, aku sudah tidak lagi bisa mengingat semuanya.
Kepalaku berat, pandanganku kabur dengan perutku yang tiba-tiba bergejolak seperti ada sesuatu yang hidup didalam perutku.
Hingga akhirnya akupun tidak lagi bisa mengingat semuanya.
Keesokan harinya, keadaan rumah pak Atmojo yang biasanya jarang sekali menerima tamu, waktu itu tiba-tiba sudah dipenuhi dengan saudara dan para tetangga yang ada disekitarnya.
Aku tersadar sekitar pukul 11.00 siang dengan keadaan yang sangat membingungkan.
Aku masih bingung, aku masih linglung dengan semua kejadian yang sudah ku alami semalam.
Dan akhirnya, ketika aku sudah tersadar sepenuhnya, ternyata Singgih sudah dinyatakan meninggal dunia dengan keadaan yang cukup mengenaskan.
Kepalanya memutar seperti sengaja diputar hingga patah dengan seluruh tubuh dan perutnya membiru seperti orang yang telah tenggelam.
Dan kondisi bu Asih dan pak Atmojo, Waktu itu masih hidup dengan bagian perutnya membesar di bagian dada hingga diatas kemaluannya.
Dan tidak hanya membesar, jika dilihat dengan lebih teliti lagi, dibagian perutnya ada sesuatu yang bergerak seperti ular kecil dengan otot tubuhnya yang sudah terlihat keluar semuanya.
Baca part selanjutnya: Teror Santet Brojo Sukmo, Kematian Misterius Pak Atmojo dan Bu Asih di Ladang Pisang (Part 4)
Disclaimer:
- Tempat dan nama telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber.
- Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik akun X/LakonStory.
- Segala bentuk plagiasi ataupun pengutipan isi cerita tanpa seizin dan sepengetahuan penulis akan kami tindaklanjuti.
- Hanya Jember Terkini merupakan website resmi yang ditunjuk oleh Lakon Story untuk dapat mempublikasikan tulisan ini.
- Segala isi cerita yang ada telah diambil dari narasumber yang bersangkutan serta adanya sentuhan perubahan agar cerita menjadi nyaman untuk dibaca.