Ecoton Temukan Limbah Plastik Menumpuk di Sungai Bedadung Jember, Ini 4 Perusahaan yang Paling Banyak Buang Sampah |
Jember Terkini - Lembaga Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) telah melakukan audit sampah di Sungai Bedadung pada 4 Agustus 2024.
Audit ini bertujuan untuk memetakan sampah yang berasal dari berbagai perusahaan di sungai ikon Kabupaten Jember tersebut.
Alex Rahmatullah, Manajer Divisi Advokasi Ecoton, mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengumpulkan 20 kilogram sampah dari Sungai Bedadung sebagai sampel.
Sebagian besar sampah tersebut terdiri dari bungkus makanan saset dan plastik sekali pakai.
Menurut hasil audit, ada empat perusahaan yang menjadi penyumbang utama limbah di Sungai Bedadung.
"Paling banyak sampah dari perusahaan Wings, hampir 60 persen. Selain itu, ada juga Unilever, Mayora, dan Kapal Api," ujar Alex pada Rabu (7/8/2024).
Selain empat perusahaan tersebut, Alex menyebut bahwa limbah di sungai juga berasal dari sekitar 20 perusahaan lainnya di Indonesia. Namun, dominasi sampah dari Wings, Unilever, Mayora, dan Kapal Api sangat mencolok.
Tak hanya melakukan audit sampah, Ecoton juga menguji keberadaan mikroplastik di air Sungai Bedadung.
Hasilnya menunjukkan bahwa air sungai tersebut masuk dalam kategori tercemar sedang akibat kontaminasi partikel mikroplastik seperti fragmen, filamen, dan microfiber.
Alex menyoroti penanganan sampah domestik dan plastik di Sungai Bedadung yang masih kurang serius.
"Kami menemukan limbah produk perusahaan yang telah dibuang sejak 2007, ini menunjukkan bahwa penanganan sampah di Sungai Bedadung belum maksimal baik oleh pemerintah maupun perusahaan," jelasnya.
Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai juga menjadi perhatian.
Banyak yang berpikir bahwa sampah akan hilang saat musim hujan, padahal justru akan terbawa ke lautan dan menimbulkan masalah lingkungan yang lebih luas.
"Indonesia menjadi salah satu penghasil sampah terbesar di lautan. Hal ini mengancam keberlangsungan hidup makhluk laut," tambah Alex.
Ia mengkhawatirkan bahwa jika perilaku ini tidak berubah, pada tahun 2050 jumlah sampah di laut bisa lebih banyak daripada ikan dengan perbandingan 1:15.
"Satu ikan akan bersaing dengan 15 sampah, dan ini akan mengancam ekosistem laut dalam jangka panjang," katanya.
Saat ini, Ecoton terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pelajar di sekolah dan pesantren di kawasan Tapal Kuda, Jawa Timur, dengan harapan bisa merubah budaya membuang sampah di sungai.
"Mereka adalah aset masa depan bangsa. Harapannya, saat mereka dewasa nanti sudah tertanam mindset untuk menjaga lingkungan dan melindungi ekosistem," tutup Alex.***