Jember Terkini - Mia, seorang mahasiswi semester 6 di Universitas PGRI Argopuro Jember, telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dengan kegigihannya.
Gadis berusia 23 tahun yang bernama asli Wadi'ah Rabbil Izzati ini menjalankan bisnis jasa titip (jastip) dengan mengayuh sepeda setiap hari.
Meski hanya mematok biaya Rp5.000 hingga Rp8.000 per jastip, Mia tidak pernah kehilangan semangat.
Mahasiswi asal Lingkungan Karangbaru, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember ini bekerja layaknya kurir, meski memiliki kondisi fisik yang berbeda.
Mia sulit berbicara dan berjalan karena kakinya berbentuk huruf O.
Namun, hal ini tidak menghalanginya untuk menunjukkan kemandirian tanpa berharap belas kasihan.
"Saya awalnya bekerja sebagai penjaga stan minuman es di depan Unmuh Jember, kemudian pernah juga jaga konter. Tapi karena saya suka jalan-jalan, saya sekarang buka usaha Jastip ini. Motivasi saya bekerja ini ingin mandiri," tutur Mia.
Mia baru sebulan ini menjalankan bisnis jastip. Ia memulai usahanya dengan menginformasikan melalui WhatsApp kepada kontak yang dimilikinya.
Usahanya semakin dikenal setelah aktivitasnya viral di TikTok berkat bantuan teman-temannya.
"Saya tidak tahu TikTok itu apa, dibantu teman-teman saya punya medsos itu. Dipakai untuk promosi, dibantuin merekam video kegiatan kerja saya. Alhamdulillah customer saya bertambah, terima kasih ke teman-teman saya. Customer paling banyak pesan jastip makanan dan minuman," beber Mia.
Mia tidak terlalu memikirkan keuntungan dari bisnisnya. Ia menganggap usaha ini sebagai cara untuk belajar berwirausaha dan meningkatkan kemandiriannya.
Per harinya, Mia bisa melayani 8-10 konsumen, terutama saat ramai.
Meski penghasilannya tidak tentu, ia tetap semangat menjalani bisnisnya dengan sepeda angin yang dimilikinya.
"Paling jauh saya mengantar pesanan itu di (Perumahan) Kramat sampai Muktisari. Saya milih bersepeda karena adanya kendaraan ini saja. Ada satu motor, tapi dipakai bapak kerja. Bapak kerja jadi guru SD swasta, dan ibu hanya ibu rumah tangga," terangnya.
Mia juga bercerita tentang kondisi fisiknya sejak lahir. Ketika dilahirkan, ia tidak menangis seperti bayi pada umumnya, tubuhnya membiru, dan harus makan menggunakan selang.
Meski begitu, Mia tidak menyerah dan tetap berusaha mandiri dengan dukungan penuh dari orangtuanya.
"Saya ingin mandiri. Semua manusia sama, dengan difabel dan yang tidak. Alhamdulillah orangtua mendukung, kata bapak fokus dengan usaha jastip saya untuk bisa semakin berkembang," tutur Mia.
Mia mengambil jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling di Universitas PGRI Argopuro Jember dan sudah siap menghadapi ujian skripsi.
Biaya kuliahnya dibantu oleh program beasiswa dari Pemkab Jember serta dukungan dari ayahnya.
Uang dari bisnis jastip ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan meringankan beban orangtuanya.
Dengan tekad dan semangat yang kuat, Mia telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk meraih kemandirian dan sukses dalam berwirausaha.
Kisah Mia menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berjuang dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.***(JT)